Senin, 15 November 2010

@perjanjian sunyi@

cerpen,...perjanjian sunyi...





Lelaki itu terdiam di sudut kamarnya. Matanya tidak lepas menatap pigura kecil yang sedari tadi ada dalam genggamannya. Sekali-kali tangannya yang kokoh mengusap wajah dalam figura, dengan penuh perasaan. Wajah itu menatapnya bisu. Seakan ia bercerita banyak hal yang membuatnya semakin resah dalam gelepar rindu yang membuncah. Aneh sekali. Wajah perempuan dalam foto itu seakan menatap iba setiap kali ia merabanya, lalu mengusap lembut wajah bisunya. Bahkan ia tidak salah lihat, ada genangan yang mengambang, menyerupai gelembung-gelembung bening yang mengantung di sudut kedua matanya. Tiba-tiba wajah dalam figura itu memburam, dan hanya serupa bayang-bayang samar. Baru tersadar, ia merasakan matanya basah. Ternyata bukan foto perempuan itu yang menangis, tapi dirinyalah. Entah, kenapa ia bisa sedemikian cengengnya. Padahal ia selama ini dikenal sebagai sosok yang ceria, murah senyum, bukanlah pemurung seperti ini. Kiranya waktu telah mengubahnya menjadi sosok yang lain, yang ia sendiri nyaris tidak mengenalinya.



Lelaki itu bernama Anton. Bekulit coklat, khas Asia, dan bermata sipit seperti peranakan cina. Tubuhnya kekar biarpun agak pendek, tapi tidak mengurangi kegagahannya. Di tengah semrawutnya Ibu Kota, ia menjadi sangat rapuh dengan lamuanan yang memenuhi hari-harinya kini. Saat ia tengah dalam puncak lamunannya. Indra, sahabat yang selama begitu dekat dengannya, tiba-tiba muncul dari balik pintu , dan tentu saja menganggetkannya. Anton sampai melompat dari tempatnya duduk karena terkejut. Dipikirnya maling yang datang. Karena memang akhir-akhir ini banyak maling berkeliaran di komplek ia tinggal di siang hari cerah. “ Kau, Bro! Bikin kaget saja. Punya itiket orang timur tidak? Itu pintu jangan di buka sebelum diketuk. Syukur-syukur ucapkan salam biar jin dalam rumah ini ikut-ikutan sopan” semprot Anton yang melihat kemunculan Indra yang seperti hantu. Padahal, Anton hanya sekedar menutupi kegundahan hatinya. Ia berusaha untuk tetap menyimpannya sendiri, rasa yang semakin hari di rasa semakin menyiksa.



Indra tersenyum. “ inikan juga rumahku. Kamu sendiri yang bilang kalau rumahmu anggap saja seperti rumahku. Emang ada apa sih kok suntuk? Tidak biasanya pertanyaanmu melenceng 75 derajat celcius. Kamarmu inikan sudah seperti kamarku sendiri, masak juga harus uluk salam, kertuk pintu mau masuk kamar sendiri”



Aku mencoba tersenyum mnedengar jawaban Indra , menyembunyikan gurat resah yang jelas sudah tertangkap olehnya. Tapi aku masih mencoba berpura-pura tidak terjadi apa-apa.“ Tidak ada apa-apa. Hanya sedikit jenuh dengan rutinitas kerja’ jawabku berkilah. Tapi Indra terlalu jeli untuk dibohongi. Sebagai sahabat yang begitu dekat tentunya menangkap perubahan yang terjadi padaku akhir-kahir ini. Wajahku terlalu polos untuk menyembunyikan gejolak rasa yang semakin hari terasa demikian menyiksa. “Itu foto siapa? Wanita dalam foto itukan yang membuatmu berubah seperti ini?’ Tanya Indra sambil lekat memandang foto berbingkai yang masih saja aku pegang. Aku tidak bisa mengelak lagi.Aku ambil sebatang rokok dan menghisapnya dalam-dalam. Kemudian aku hembuskan pelan-pelan. Setelah itu menarik napas panjang, baru mencoba berdamai menceritakan permasalahanku.







Perempuan itu bernama Maya. Meluncurlah kisah dari bibir Anton yang ia urai dengan gemetar. Sesekali sambil bercerita ia menyelingianya dengan mengisap rokok perlahan-lahan dan menghembuskannya dengan pelan-pelan, begitu seterusnya sampai putung yang terakhir ceritanya baru sampai permulaan. Maya, Anton mengenalnya di dunia maya, lewat fb. Aneh memang. Biarpun belum pernah bersua, tapi sosoknya telah merampas separoh jiwanya. Itu mungkin yang orang bilang cinta buta. Logikanya hilang sama sekali. Anton benar-benar terbuai oleh sosoknya yang manja saat ia tengah bicara di telepon, juga colotehnya yang mengharu biru saat ia blak-blakan menceritakan perjalan hidupnya. Sungguh, Anton benar-benar seperti di hipnotis dan kesadarannya hilang, sampai-sampai ia nekat menemuinya secara langsung. Bukan jarak yang dekat buat Anton untuk bisa menemui Maya yang keberadaannya jauh di luar kota. Teramat jauh dari tempat Anton tinggal. Tapi cinta yang dalam telah memberinya kekuatan untuk meluangkan waktu sebagai penghuni kota metropolitan menemui Maya secara tiba-tiba tanpa memberitahu sebelunya padanya. Anton meberikannya kejutan. Dan Maya benar-benar terkejut saat Anton meneleponnya dan bilang sudah berada di kota yang sama, tempatnya tinggal. Pertemuan yang tidak direncanakan itu tentu amat meninggalkan kesan. Apa lagi saat Anton melihat ujud nyata Maya bukan hanya sekedar dalam maya, tapi benar-benar ada tengah memandangnya malu-malu. Ia begitu cantik, juga manja. Rasa yang sekian lama terpendam dalam angan itu tercurah. Anton tidak dapat membendungnya. Jabat erat tangan Maya seakan lekat ditangannya, dan Anton bisa merasakan juga detak jantung Maya yang tentunya tidak jauh beda dengan detak jantungnya yang berpacu lebih cepat dari biasanya. Tidak selisih jauh dengan pelari marathon tingkat nasional. “ Seperti mimpi;ya?” kata Anton masih tidak percaya dengan yang dialaminya. “ Iya, mimpi yang menjadi kenyataan” ‘ Well, mau antar aku keliling kota atau kita cari suasana yang indah untuk kita melepas kerinduan ini?” Anton bertanya sambil matanya tidak lepas memandang wajah ayu Maya. “ Kita ke puncak!” ajaknya. Dan Anton menyanggupinya begitu saja. Pilihan tempat yang sangat tepat mengingat Anton yang berasal dari kota yang padat penduduknya, sumpek dan selalu bising dengan berbagai kesibukan setiap harinya. Tidak ada salahnya sejenak meluangkan waktu dengan seseorang yang selama ini selalu mengaggu hari-harinya.





Malam itu. Di antara gigil yang menemani jiwa-jiwa yang tengak dilanda asmara. Antara Anton dan Maya membuat satu kesepakatan. Bukan kesepakatan, tapi lebih tepatnya sebuah janji yang terucap lewat angin yang ia biaskan dalam lembar-lembar sentuhan yang mengelora dan membuat mereka lupa akan sejenak tempat berpijak. Tidak ada kata yang terucap malam itu kecuali mata mereka yang saling bicara dengan bahasa hati. Anton benar-benar piawai melukis sajak indah disetiap lekuk tubuh Maya. Dan mayapun terbuai dalam desau nyanyian puisi cinta. Malam itu benar-benar melahirkan kenangan yang tidak akan pernah hilang dalam hidup keduanya. Benarkah?





Takjub Indra mendengar cerita Anton yang usai dengan desah napas tertahan. Keindahan itu seakan justru merampas keceriaannya, mungkinkah? “ Cinta yang indah, kenapa justru membuatmu murung, bro?” Anton Tersenyum getir. “Keindahan yang sesaat. Hanya saat itu. Dan setelah itu tidak ada lagi kabar tentang Maya. Dia menghilang seperti di telan bumi. Aku sama sekali tidak bisa menghubunginya lagi. Aku benar-benar kehilangan kontak setelah pertemuan indah itu. Aku benar-benar seperti bermimpi berada di angkasa lalu terjaga dan terhempas ke bumi, hancur berkeping-keping.” Indra mencoba memberinya senyum kekuatan, sekalipun ia tau itu tidak akan bisa mengubah suasana yang ada, minimal bisa mencipta harapan baru buat sahabatnya “ “ Mungkin Maya sibuk atau tengah dalam persoalan yang tidak harus kamu tau. Itu bukan akhir, tapi baru awal kisah kalian. Percayalah masih aka nada kisah yang baru nanti jika waktunya tiba, Bro.” “ Permulaan? Mungkinkah? Bukankah aku dan Maya juga sudah membuat janji yang tertulis diantara desau angin malam, ditengah alam yang beryanyi sunyi?” Anton mencoba menghibur diri. Masih akan ada hari esok, dan itu bisa jadi hari bahagianya saat waktu kembalikan Maya padanya. Tapi masih ada juga hari yang mungkin sebaliknya, kelam jika memang waktu menelan Maya sehingga Anton harus merasakan lara yang tentunya teramat sangat menyiksa nantinya. Tapi esok itu misteri, Masih menyimpan seribu tanda tanya. Akankah esok hari tersenyum atau sebaliknya menangis? Anton mencoba berserah diri, karena saat ini hanya itu yang bisa dilakukannya.











adrian kelan

jakarta 15112010

Kamis, 16 September 2010

@kenangan itu@

kembali senja mengirim bayang akan cerita kenanganan pada malam saat kita melepas rindu ,

dalam gelayut manjamu kau berbisik ,oh malam berhentilah sejenak jangan kau rayu fajar menggantikanmu

disela dingin yang mengusik tulang ,kita slalu asyik menoreh jejak cinta pada dinding waktu

namun kini musim telah merubah ,pada waktu yang menyamun

semua tinggal kenanganan sejuta cerita yang kita musiumkan

kenangan itu menoreh jejak luka di lembah jantung

Rabu, 08 September 2010

@selamat hari kemenangan@

sebentar lagi gema suara takbir akan mengaung

tanda kemenangan berperang dimedan hawa nafsu

apakah kita benar benar telah menang?

ataukah hanya ikut ikutan merasa pemenang

maka selamatlah mereka yang benar berjuang perang

kembali dengan bendera kebesaran gagah melangkah




adrian kelana
jakarts 09092010

Sabtu, 14 Agustus 2010

@ kerinduan @

Rindumu yang meluap seperti gelombang menghempas karang yang terdiam memaknai kedalaman laut

disaat pasang mulai surut menyusur bibir pantai ,dikau seakan enggan melepas riak kembali menari diatas gelombang



adrian kelana

Senin, 09 Agustus 2010

@lembah sastra adrian kelana@: @ tarian angin @

@lembah sastra adrian kelana@: @ tarian angin @: "Kau menyusup keseluruh celah yang membuka , melambai menari gemulai diantara rongga dan ruang sampai ilalang ikut kau gemai dalam tiupan me..."

Rabu, 04 Agustus 2010

@ Di tepian senja menanti rembulan @

Langit mulai memerah dadu , diujung laut mentari menyelam meninggalkan bias

disini ditepian senja aku menanti rembulan yang akan bertandang

galau riuh dilekuk jantung , gumaman resah tiada tertahan

akankah dia datang pada janji yang menikam

akankah dia tiba mengantar rindu yang kupesan ?

Aku hanya berharap pada awan yang mengusik

jangan jerat langkah rembulan yang akan datang keberandaku

disini ditepian senja aku diam dalam penantian



adrian kelana
jakarta .04082010